Walaupun masih ada yang hidup kekurangan di desa ini namun desa ini di kenal sebagai desa yang banyak meyimpan seniman dan seniwati pelestari budaya khususnya budaya tari tradisional banyuwangi.Begitu pula dengan semangat para pemudanya yang menbuat sebuah organisasi untuk membudidayakan lebah madu.
Kepedulian akan seni budaya yang di perlihatkan dengan nyata oleh seorang pemuda asal desa rejoagung ini. Dengan keprihatinannya melihat begitu pesatnya budaya asing masuk ke desa tersebut, maka dia mempunyai pemikiran untuk mengajak para pemuda yang ada di desa rejoagung untuk bersama-sama , bau membau membangun desa rejoagung khususnya dan turut serta membangun daerah dan bangsa indonesia melalui pelestarian seni budaya tari sebagai warisan leluhur yang sangat bernilaitinggi khususnya tari banyuwangi dan tari bali.
Karena banyuwangi sangat dekat dengan bali maka budaya balipun sangat kental melekat di hati warga banyuwangi.Gangsar wahyudi adalah salah satu pencetus atau yang mempunyai ide untuk merekrut para pemuda dan anak-anak untuk melestarikan budaya banyuwangi di desa rejoagung.
Bersama seorang seniman yang sudah sangat di kenal oleh seluruh kalangan seniman tari dan drama di banyuwangi, yaitu bapak Djaswadi.
Beliau merupakan salah satu aset daerah yang mungkin tak bisa di pungkiri dengan kemahirannya dan kerelaanya dalam mempejuangkan khasanah budaya banyuwang ini. Walapun tanpa ada gaji ataupun bayaran yang beliau terima namun karena keinginan dan keihklasan hati untuk mengembangkan dan meletarikan budaya yang mendorong beliau untuk berjuang melatih dan menurunkan ilmu senimanya.
Bapak Djaswadi , sukarelawan yang memperjuangkan seni tanpa gaji.
Hingga pertemuan dan kesepakatan yang di lakukan oleh Gangsar wahyudi bersama Bapak Djaswadi ( 60 th ) untuk mempuat perkumpulan/organisasi yang membina semua pemuda-pemudi yang ingin melestarikan dan mengembangkan seni tari sebagai warisan leluhur dan sebagai maskot kota gandrung.
Namun mereka lebih senang kalu perkumpulan mereka ini di sebut sebagai PADEPOKAN SENI TARI yang di bina langsung oleh Ibu JULISTYO PUJI RAHAYU (DPRD Banyuwangi ) serta pelindungnya Bapak Kepala Desa Rejoagung.
PADEPOKAN SENI TARI
"TUNAS REMAJA"
GANGSAR WAHYUDI
( KETUA )
HASANUL ARIFIN
(sekretaris)
JOKO SUSANTO
(bendahara)
Kades Rejoagung
(pelindung)
JULISTYO PUJI RAHAYU( DPRD BANYUWANGI)
(Pembina)
H.RASAT
(Penasehat I)
GATOT SUPROBO
(Penasehat II)
DJASWADI
( Intruktur )
Kegiatan dari padepokan "TUNAS REMAJA" ini biasanya di lakukan tiap hari sabtu dan minggu, dengan agenda berlatih tari yang di bimbing langsung oleh bapak Djaswadi.Dalam satu kesempatan saya datang ke sanggar atau padepokan yang belum mempunyai tempat tersendiri ini atau belum mempunyai gedung tempat mereka berlatih dalam tiap minngunya.
Namun karena semangat yang tinggi, aula balai desapun jadi.
canda dan tawa bersama anak didik untuk menyegarkan suasana sebelum berlatih
membimbing dan mengarahkan dengan sabar....
memberi contoh dan menari bersama anggota padepokan. semangat ya pak....walaupun gratis...tisss...tisss...
haru semangat untuk melestarikan budaya bangsa...jangan sampai loyo...he he he
"Dari manapun itu kalau memang mau dan mempunyai niat tulus dan sungguh-sungguh, saya siap membimbingnya" pesan beliau( Bpk.Djaswadi )
Tulisan ini bersumber dari Padepokan seni tari " TUNAS REMAJA" yang saya wawancara langsung dengan pengurus dan ketua .
Terima kasih buat Tuhan yang maha esa,Gangsar Wahyudi, Hasanul Arifin, Bapak Djaswadi, Ananda Mega,dan semua yang berkecimpung di Tunas Remaja.
Nantikan posting selanjutnya wawancara dengan Bapak Djaswadi.
Thank you very much....